Minggu, 01 Februari 2015

SEJARAH KERAJAAN MINANGKABAU - EPISODE LAHIRNYA TUMENGGUNG DAN PERPATIH

SEJARAH AWAL KERAJAAN MINANGKABAU

bermula dari hilangnya sebuah peradaban maju dan sangat megah, setelah di landa gempa dahsyat dan  jaman es, dimana peradaban ini hilang lenyap dalam sehari dan di saat es mulai mencair dan membentuk lautan yang maha luas, SRI PADUKA MAHARAJA DIRAJA yang di percaya sebagai nenek moyang orang minang mulai berlayar mengarungi samudera luas. dan pada awal abad ke 1 masehi ia mulai melihat sebuah daratan di daerah KANDIS sekarang ( sebelah timur kawasan payakumbuh, berada di pertengahan perjalanan dari bukittinggi ke pekanbaru.

di sanalah ia mendirikan sebuah kerajaan yang ia beri nama kerajaan KANDIS, begini suntingan ceritanya :
 

1. Kerajaan Kandis ( 1 M ) adalah kerajaan tertua yang berdiri di Sumatera, yang terletak di Koto Alang, masuk wilayah Lubuk Jambi, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Diperkirakan berdiri pada tahun 1 SM.

Sejarah

Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke 1 Sebelum Masehi, mendahului berdirinya kerajaan Moloyou atau Dharmasraya di Sumatera Tengah. Dua tokoh yang sering disebut sebagai raja kerajaan ini adalah Patih dan Tumenggung.
Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, sesampainya di Bukit Bakau membangun sebuah istana yang megah yang dinamakan dengan Istana Dhamna. Putra Maharaja Diraja bernama Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggil). Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo. Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis. Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih.


Ekonomi Kerajaan

Kehidupan ekonomi kerajaan Kandis ini adalah dari hasil hutan seperti damar, rotan, dan sarang burung layang-layang, dan dari hasil bumi seperti emas dan perak. Daerah kerajaan Kandis kaya akan emas, sehingga Rajo Tunggal memerintahkan untuk membuat tambang emas di kaki Bukit Bakar yang dikenal dengan tambang titah, artinya tambang emas yang dibuat berdasarkan titah raja. Sampai saat ini bekas peninggalan tambang ini masih dinamakan dengan tambang titah.
Hasil hutan dan hasil bumi Kandis diperdagangkan ke Semenanjung Melayu oleh Mentri Perdagangan Dt. Bandaro Hitam dengan memakai ojung atau kapal kayu. Dari Malaka ke Kandis membawa barang-barang kebutuhan kerajaan dan masyarakat. Demikianlah hubungan perdagangan antara Kandis dan Malaka sampai Kandis mencapai puncak kejayaannya. Mentri perdagangan Kerajaan Kandis yang bolak-balik ke Semenanjung Malaka membawa barang dagangan dan menikah dengan orang Malaka. Sebagai orang pertama yang menjalin hubungan perdagangan dengan Malaka dan meninggalkan cerita Kerajaan Kandis dengan Istana Dhamna kepada anak istrinya di Semenanjung Melayu.
Dt. Rajo Tunggal memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada puncak kejayaannya terjadilah perebutan kekuasaan oleh bawahan Raja yang ingin berkuasa sehingga terjadi fitnah dan hasutan. Orang-orang yang merasa mampu dan berpengaruh berangsur-angsur pindah dari Bukit Bakar ke tempat lain di antaranya ke Bukit Selasih dan akhirnya berdirilah kerajaan Kancil Putih di Bukit Selasih tersebut.

Berdirinya Kerajaan Kancil Putih dan Kerajaan Koto Alang

Air laut semakin surut sehingga daerah Kuantan makin banyak yang timbul. Kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai Rajanya. Penyebaran penduduk Kandis ini ke berbagai tempat yang telah timbul dari permukaan laut, sehingga berdiri juga Kerajaan Puti Pinang Masak/Pinang Merah di daerah Pantai (Lubuk Ramo sekarang). Kemudian juga berdiri Kerajaan Dang Tuanku di Singingi dan kerajaan Imbang Jayo di Koto Baru (Singingi Hilir sekarang).
Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadi perebutan wilayah kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antar kerajaan. Kerajaan Koto Alang memerangi kerajaan Kancil Putih, setelah itu kerajaan Kandis memerangi kerajaan Koto Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah oleh Kandis, sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan Temenggung pindah ke Merapi.
Kepindahan Raja Aur Kuning ke daerah Jambi menyebabkan Sungai yang mengalir di samping kerajaan Koto Alang diberi nama Sungai Salo, artinya Raja Bukak Selo (buka sila) karena kalah dalam peperangan. Sedangkan Patih dan Temenggung lari ke Gunung Marapi (Sumatera Barat) di mana keduanya mengukir sejarah Sumatra Barat, dengan berganti nama Patih menjadi Dt. Perpatih nan Sabatang dan Temenggung berganti nama menjadi Dt. Ketemenggungan.
Tidak lama kemudian, pembesar-pembesar kerajaan Kandis mati terbunuh diserang oleh Raja Sintong dari Cina belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan ekspedisi Sintong. Tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis, Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi. Setelah kalah perang pemuka kerajaan Kandis berkumpul di Bukit Bakar, kecemasan akan serangan musuh, maka mereka sepakat untuk menyembunyikan Istana Dhamna dengan melakukan sumpah. Sejak itulah Istana Dhamna hilang, dan mereka memindahkan pusat kerajaan Kandis ke Dusun Tuo (Teluk Kuantan sekarang).

2. KERAJAAN PASUMAYAMAN KOTO BATU ( 1 M )
Dengan bergulirnya sang waktu telah melahirkan beberapa kerajaan - kerajaan baru yang mulai mendiami daratan - daratan baru yang bermunculan di sebabkan air laut mulai surut dan berkurang.
SRI PADUKA MAHARAJA DIRAJA setelah mendirikan kerajaan kandis dan menyerahkannya pada anak pertamanya untuk menjadi raja di sana, beliau bergerak ke selatan dimana ia melihat ada cahaya kemerahan berkilauan yang menggerakan hatinya untuk melayarkan kapalnya kembali bergerak ke selatan, ia di iringi para pengawal dan pengikutnya,


Selain pengikutnya, Sri Maharaja juga membawa istri-istrinya yang diberi julukan oleh pengikutnya sesuai dengan kerenah (tingkah laku) mereka;
  1. Si Anak Raja (prameswari)
  2. Harimau Campa (dari Campa) Isteri yang berasal dari kerajaan campa, dan memiliki ilmu silat harimau
  3. Kucing Siam ( khu cin dari Siam) isteri yang berasal dari siam dan memiliki ilmu silat yang menyerupai / berperangai mirip kucing
  4. Kambing Hutan ( KAM IN dari Kambay - bhutan ) istri yang berasal dari kerajaan KAMBAY
  5. Anjing yang Mualim (AN JIAN dari Burma) dan istri yang berasal dari Burma, dan ia bertugas sebagai mualim yang menjaga anjungan awalnya dulu ia di gelari ANJUNG MUALIM entah mengapa kemudian berubah jadi anjing mualim
konon SRI MAHARAJA INI banyak mempercayai adalah keturunan dari RAJA ISKANDAR ZULKARNAEN, yang memerintah kerjaan Asoka pada tahun 338 SM, Cerita tentang Iskandar Zulkarnain banyak sekali, demikian pula dengan Sri Maharaja Diraja. Tidak dapat diketahui dengan pasti siapa sesungguhnya raja ini, apakah anak kandung Zulkarnain ataukah zuriatnya saja karena jangka waktunya tidak jelas. Sejarah dunia juga tidak pernah menyebut ketiga pangeran yang menjadi raja di belahan bumi barat dan timur serta yang turun di Gunung Merapi yang menjadi nenek moyang orang Minangkabau ini.

SRI MAHARAJA DIRAJA berlayar ke selatan mengikuti arah datangnya cahaya, yang saat siang dan malam terus bersinar, semakin dekat semakin jelas terlihat dari mana asalnya sumber cahaya itu, SRI ANJUNG MUALIM ( anjing mualaim ) yang berdiri di anjungan berteriak : " TUANKU,  PATIK MELIHAT GUNUNG SEBESAR TELUR ITIK MENYEMBURKAN API " kemudian raja dan lainnya berbondong - bondong melihat ke arah yang di tunjuk anjing mualim, raja pun memerintahkan agar kapal di arahkan ke sana.

makin dekat makin terlihatlah gunung tersebut, sang permaisuri yang tengah asik melihat pijaran api lupa akan mahkotanya yang hamper lepas, dan sesaat kemudian bersoraklah ia, menyorakan mahkotanya terjatuh ke laut, raja memerintahkan para pengawalnya untuk segera terjun menyelam mencari mahkota tersebut. namun saying mahkota itu tak kunjung di temukan, sang permaisuri sangat sedih hatinya, raja pun ikut sedih, dan memerintahkan para pengikut dan pengawalnya melabuhkan perahunya di puncak merapi yang di beri nama LAGUNDI NAN BASELO, lama raja berdiam di sini menantikan pengawalnya menyelam untuk mencari mahkota peninggalan neneknya RATU BATRICIA / RATU BATRIK. kemudian raja mendirikan sebuah PASUMAYAMAN yang kemudian di kenal sebagai PASUMAYAMAN KOTO BATU yang di anggap sebagai kerajaan pertama di minangkabau. karena lama berdiam di sana, air lautpun kian surut, sementara persediaan makanan mulai menipis, raja memerintahkan pengawalnya untuk menebarkan benih padi di sebuah hamparan yang di buat sawah dimana hingga sekarang Tanah itu di kenali sebagai TANAH NAN SATAMPUAK BANIH,

setelah sekian lama berjalan waktu, sang permaisuri mengandung dan raja mulai sakit - sakitan, maha patih yang masih muda dan sangat pandai dan cerdik waktu itu telah berhasil membuatkan mahkota duplikat untuk sang permaisuri serupa sekali dengan aslinya. hal mana sangat menyenangkan hati sang permaisuri dan raja. selang setelah permaisuri melahirkan anaknya yang kelak besar bernama DATUK TUMENGGUNG, raja meninggal dunia, duka ini membuat seluruh pengawal dan pengikut raja berduka dan berkabung, langit gelap gulita dan badai gelombang menghempas pantai, CATI BILANG PANDAI sang patih yang pandai, cerdik dan banyak akal memutar otaknya bagaimana keadaan ini cepat ber akhir, maka ia kemudian berdoa dan mengajak yang lainnya juga. dan tak lama kemudian setelah mereka berdoa bersama, secara perlahan langit membukakan cahaya birunya yang cerah, ombak menjadi tenang dan bahkan air laut kian menyurut. sang patih kemudian berdiri dengan gagahnya di sebuah daratan yang baru saja muncul di permukaan,di sebuah batu yang besar dan tinggi, dengan PEDANG PANJANG yang tergantung di pinggangnya ia bersorak dan mengajak seluruh yang ada di sana untuk berhenti berduka dan memulai kehidupan yang baru, KONON tempat berdiri CATI BILANG PANDAI hingga sekarang di sebut sebagai PADANG PANJANG yang di ambil dari kata PEDANG PANJANG yang di bawa PATIH CATI BILANG PANDAI.  dari hasil musyawarah para dato dan pengikut setia raja akhirnya memutuskan agar CATI BILANG PANDAI menggantikan kedudukan raja hingga anak raja cukup umur, dan dari desakan para istri raja dan dayang agar CATI BILANG PANDAI menikahi sang permaisuri. demikianlah akhirnya di buatlah pesta yang meriah untuk merayakan pengangkatan patih menggantikan tugas raja dan pernikahannya dengan permaisuri di sebuah dataran yang baru muncul di sisi tenggara gunung, tempat itu lambat laun di beri nama PARIANGAN yang berasal dari kata RIANG - RIANG sebagian juga ada menyebut berasal dari kata PARA HYANGAN - tempat atau istana Raja. sebab di situlah kemudian CATI BILANG PANDAI mendirikan istananya, selang setahun kemudian lahirlah seorang anak hasil dari pernikahan mereka dan kelak setelah besar anak itu dikenal dengan nama PERPATIH sebab ia lahir dari seorang ayah bergelar PATIH dan ibu seorang permaisuri.

KEDUA PUTRA - PANGERAN ini di besarkan bersama - sama di dalam istana, keduanya sama tampan dan gagah, serta sama cerdik pandainya, tetapi perbedaan yang terlihat adalah PERPATIH terlihat lebih penyayang dan sabar serta lebih mencintai kesamaan kedudukan atau tidak menginginkan adanya perbedaan mencolok antara raja dengan rakyat sesuai nasihat ayahnya.

setelah remaja keduanya, lautan sudah semakin surut, dan saat itu kapal - kapal sudah mulai banyak di buat dan sudah mulai boleh berlayar cukup jauh, dan kapal - kapal dari KANDIS pun sudah mulai berdatangan ke MERAPI. kerajaan PASUMAYAMAN KOTO BATU lebih banyak di kenal orang sebagai KERAJAAN MERAPI.  kedua pangeran itupun ingin melihat kerajaan KANDIS dan ingin berjumpa dengan KAKAK mereka di sana RAJA KANDIS, maka menyeberanglah dengan perahu di iringi 4 perahu pengawalnya. dan dalam perjalanan mereka di amuk badai yang cukup ganas sebuah dari perahu pengawal tersangkut di palung cadas yang sangat dalam konon daerah itu di kenal sebagai LEMBAH HARAU sekarang. 3 perahu lainnya hancur menabrak sebuah GUNUNG yang juga baru tersembul saat itu, gunung itu adalah GUNUNG SAGO di beri nama demikian konon dulu puncak gunung itu berwarna HITAM KEMERAHAN menyerupai warna SAGO. kapal perahu yang di tompangi TUMENGGUNG DAN PERPATIH rusak parah dan hamper tenggelam dan di saat kritis itu datanglah sebuah KAPAL yang cukup besar menyelamatkan mereka.

diatas kapal besar itu ada seorang raja muda bernama RAJA AUR KUNING, yang tampan dan berwibawa datang dari KURINCI sebuah GUNUNG di sebelah selatan MERAPI. kemudian mereka bersama - sama menuju KANDIS karena tujuan mereka sama. di dalam perjalanan mereka bertiga sangat cepat akrab satu sama lainnya, dan mereka seperti satu kesatuan yang sangat kuat.

CERITA SELANJUTNYA AKAN KITA BERI NAMA TUMENGGUNG DAN PERPATIH DI NEGERI KANDIS



1 komentar:

  1. waaahh sangat bermanfaat bagi tour guide lokal untuk mengisahkan sejarah masa lalu, nenek moyangnya

    BalasHapus