4. Legenda Bukit Tambun Tulang
Bukit Tambun Tulang Sebuah kisah legenda yang bertempat di sekitar jalan yang
menghubungkan Kayu Tanam dengan Padang Panjang melintasi Bukit Barisan. di daerah LEMBAH ANAI sekarang ini.
Konon dulu kala, terdapat sebuah bukit yang penuh dengan tulang belulang
manusia. Kisah ini menceritakan sulitnya orang dari pesisir untuk
menuju pusat negeri Minangkabau, karena harus mendaki bukit, kemudian
dirampok dan dibunuh di sebuah bukit yang dinamakan "Tambun Tulang".
Namun sampai hari ini, belum ada penelitian arkeologi atau sejarah atas
mitos ini.
tetapi..hampir semua masyarakat mempercai mitos ini.
Legenda Bukit Tambun Tulang ini kemudian banyak
menjadi inspirasi kisah-kisah fiksi. Penulis Makmur Hendrik misalnya,
menjadikan Bukit Tambun Tulang ini sebagai latar belakang novel
"Giring-giring Perak". Kemudian Bastion Tito, pernah menulis salah satu
seri novel Wiro Sableng berjudul "Banjir Darah di Tambun Tulang".
nah bagaimana cuplikan kisah lagenda nya mari kita simak tulisan di bawah ini.
Inilah ilmu "Biso Sipasan " yang menyebabkan Datuk ini dikenal dengan
gelar Datuk Sipasan. Ilmu silatnya tinggi dan senjata ampuhnya terletak
pada dua kuku tunjuk dan empu jarinya. Dua kukunya ini tidak berwarna
hitam seperti jamaknya kuku pesilat-pesilat yang mengandung racun.Tapi
kukunya tetap berwarna biasa. Kalau pesilat-pesilat biasa menggelek atau
menangkis serangan dengan menepiskan tangan lawan, maka keistimewaan
Datuk ini adalah menangkap pergelangan tangan orang yang menyerangnya.
Tangkapannya tak pernah bisa dilepaskan. Dan begitu tangan lawan
tertangkap dia mencekal pergelangan orang tersebut. Kuku ibu jari dan
tunjuknya mene-kan. Dan bisa yang amat ampuh, yang memang di isi dengan
bisa seribu sipasan (lipan) segera menyudahi nyawa lawannya.
Dan
ilmu ilulah sebentar tadi yang telah menyudahi nyawa seorang penyamun
yang menyerangnya. Penyamun yang seorang lagi, yang terjengkang kena
tendangan, segera bangkit. Dia mengambil kelewang di pinggang. Kemudian
menebaskan ke leher Datuk itu. Datuk ini tidak membuang langkah, dia
hanti kelewang itu Jiingga dekat sekali. Kemudian tiba-tiba dia
menunduk. Kelewang lewat serambut di atas kepalanya. Saat berikutnya
telunjuk kanannya yang ditegangkan meluncur ke dada penyamun
tersebut.Penyamun itu tertegak kaku. Matanya mendelik.
Mulutnya
ternganga. Dari mulut yang ternganga itu, keluar suara seperti kerbau
disembelih. Dan tiba-tiba dari dadanya, persis di arah jantung merembes
darah keluar. Dadanya berlobang sebesar jari Datuk Sipasan. Dan sebelum
tubuhnya tumbang, penyamun itu sudah mati!Sementara itu pertarungan di
barisan belakang berlangsung dengan cepat. Dari pihak Datuk Sipasan
sudah jatuh korban empat orang meninggal. Para penyamun lalu mendobrak
pintu Pedati dengan kaki. Dan suara pekik perempauan segera
terdengar.Pekik perempuan itu menyadarkan Datuk Sipasan, bahwa bahaya
tengah mengancam rom-bongannya.
Dia bergerak ke belakang. Tapi
gerakannya terhenti ketika tiba-tiba lelaki yang tadi tegak di batu dan
menghadang jalannya melompat. Kini kedua lelaki itu berhadapan."Hmmm,
jari berbisamu lumayan juga sanak. Dua kawanku kau kirim ke akhirat.
Tapi jangan harap kau bisa lolos dari tanganku."Datuk Sipasan menatap
lelaki ini. Dia tegak dengan tenang. Betapapun kini pertarungan harus
dia lanjutkan. Menang atau mati.
Datuk Sipasan, siapa yang tak
mengenalnya di Pariaman?. Guru Silat yang disegani oleh lawan dan kawan.
Orangnya pendiam, berwibawa dan baik hati tapi punya ilmu yang tinggi.
Puluhan tahun dia hidup di kawasan Pariaman, belum ada bertemu lawan
yang tangguh. Itulah sebabnya kenapa lebih dari dua puluh keluarga mau
ikut bersamanya melintasi Bukit Tambun Tulang untuk pindah ke Luhak
Tanah Datar.
Bukit Tambun Tulang! Siapa yang tak kenal akan nama
itu?.Mendengar namanya saja, sudah membikin tegak bulu tengkuk, Dan
membikin orang awam terpancar kejambannya. Nama Bukit Tambun Tulang
bukan hanya sekedar diseram-seramkan. Tapi memang suatu tempat
pembantaian yang tak ada duanya di tanah Minangkabau.Demikian banyaknya
manusia terbunuh di Hutan yang menumbuhi Bukit itu. Hingga kalau orang
menggali lobang, di setiap tempat di seluruh Bukit itu, pasti akan
bertemu tulang belulang manusia. Begitu dari dulu, bahkan sampai kini.
Maka bernamalah dia Bukit Tambun Tulang.
Yaitu suatu nama berasal dari Bukit yang ditimbun tulang belulang!.
Dan
kini. Datuk Sipasan yang belum pernah bertemu dengan lawan tangguh itu
berhadapan muka dengan pimpinan penyamun yang membuat bukit itu
ditimbuni tulang belulang manusia Bukan hanya manusia biasa, tapi juga
tulang belu-lang kaum pesilat!Dua hal akan diuji dalam peraturangan ini.
Pertama, apakah Datuk itu memang seorang pesilat tangguh yang jarang
tandingannya, atau kedua: Apakah Penyamun di Bukit itu memang penyamun
yang tak terkalangkah! Jika hal pertama benar, maka itu berarti hari ini
tamatlah riwayat penyamun di Bukit tersebut. Tapi jika hal kedua yang
benar, maka itu berarti nyawa Datuk Sipasan dan rombongannyalah yang
berakhir!.
Datuk Sipasan yang selama ini belum pernah membuka
serangan, kini tak mau anggap enteng. Dia tahu, lawannya sudah tersohor.
Siapa tak pernah mendengar nama Harimau Tambun'Tulang? Nama itu adalah
nama pimpinan Penyamun di Bukit ini. Dan dia yakin orang yang bernama
Harimau Tambun tulang itu pastilah orang yang dihadapinya. Karenanya,
dia segera memulai serangan.
Tangannya bergerak mencakar muka
penyamun tersebut. Selling dengan itu kakinya bergerak menghantam
dada.Lelaki yang diserangnya tak bergerak sedikitpun. Cakaran tangannya
dielakkan lelaki itu dengan memiringkan kepala. Tendangannya tidak
dielakkan. Melainkan disambut oleh lelaki itudengan tahgan kanan.
Datuk
Sipasan membiarkan kakinya tertangkap. Namun begitu -kakinya terpegang
dengan kecepatan kilat dia menyusulkan kaki kirinya naik! Bukan main
berbahayanya serangan ini. Beberapa orang musuhnya pernah terjebak oleh
serangan serupa ini. Dan akibatnya lawannya senantiasa muntah darah.
Tapi
Datuk itu memang tengah menghadapi lawan yang tak main-main. Begitu
kakinya ter-angkat, lelaki itu justru menyentakkannya kuat-kuat.
Serangan begini benar-benar di luar dugaan Datuk Sipasan. Kaki kirinya
yang sudah terangkat membuat tubuhnya tak menjejak tanah sedikitpun. Dan
begitu kakinya disentakkan, kontan tubuhnya melayang kebelakang.
Namun
begitu tubuhnya melewati tubuh lelaki itu, dalam rasa terkejutnya Datuk
tersebut masih mengirimkan sebuah serangan berupa tusukan dengan
telunjuknya yang berbisa ke arah lambung lawan!Namun kembali dia dibuat
tak berkutik, ketika lelaki itu mengangkat lututnya. Dan tubuhnya yang
sedang melayang itu didongkrak ke atas dengan kuat oleh lutut lelaki
itu. Tak ampun lagi, terdengan keluhan kesakitan. Dan tubuh Datuk
Sipasan tercampak ke samping empat depa!
Datuk itu mencoba
bangkit segera. Namun dia merasa rusuknya ngilu. Dia yakin, ada
rusuk-nya yang patah. Nafasnya jadi sesak. Dan dia muntah darah! Namun
Datuk ini tak mau menyerah. Dia tahu, keselamatan rombongannya berada di
tangannya. Dia lebih rela mati duluan, daripada harus melihat
rombongannya dihancurkan satu demi satu.Dia bangkit dengan susah payah.
Menghunus keris, kemudian dengan simpanan terakhir, yaitu sebuah jurus
silat Siterlak dia lancarkan. Namun lelaki lawannya memang bukan orang
sembarangan. Nama penyamun Bukit Tambun Tulang memang bukan nama kosong.
Begitu
dia menyerang dengan langkan tiga, menyamping ke kiri, lalu tiba-tiba
rnenghantam dengan kaki kanan. Dan tiba-tiba pula menusukkan keris,
lawannya hanya menatap dengan diam. Begitu tendangan dan keris tiba, dia
mengkat kaki. Sekali kakinya bergerak, tendangan dan Keris Datuk itu
bisa dia elakkan malah kerisnya jadi terpental jauh. Dan tangan Datuk
itu berderak patah. Saat itu empat orang lagi rombongannya mati
disembelih penyamun tersebut.
Seorang penyamun tinggi kurus,
setelah menyudahkan nyawa seorang lelaki, berjalan ke pedati yang tak
berpenjaga itu. Tangannya rnenghantam pintu pedati. Di dalam ruangan
yang sempit itu gelap. Dia mengintip ke dalam, Tiba-tiba dia terpekik
dan menghambur ke luar. Tangan kanannya mendekap pipi. Dan dari pipinya
meng-alir darah segar.Kiranya ketika dia menjulurkan kepala ke dalam
pedati itu, seorang perempuan yang dibekali sebuah keris menyerangnya.
"Perempuan jahannam!. Kuberi kau ganjaran yang setimpal atas perbuatanmu ini...." lelaki itu mendesis.
Dia
lalu mengambil sepotong kayu sebesar lengan dan panjangnya sedepa. Kayu
itu dia kibaskan ke dalam. Dia hayun ke kiri dan ke kanan dalam ruangan
peHati yang kecil dan gelap itu. Terdengar pekik perempuan. Dan saat
berikutnya lelaki itu melompat masuk.Begitu dia masuk, seorang gadis
yang baru berusia sekitar enam belas tahun melompat keluar.Bagitu
keluar, gadis tanggung ini melihat bangkai ayahnya terkapar berlumur
darah dekat roda pedati. Dengan pekik dan lolong panjang dia memeluk
ayahnya. Lelaki yang telah melompat masuk itu menghambur lagi keluar.
cerita penuh boleh di dapati di internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar